Pulang kampus, perut keroncongan, bingung mau nentuin tempat makan enak tapi harga bersahabat. Mau balik ke rumah tapi malas untuk masak. Oh tenang, semua ada jalannya, solusi sehat dengan low price ya tentu saja warung Bu Ndut. Sebelumnya saya ingin menegaskan, bahwa ini bukan ajang promosi atau kerjasama antara warung Bu Ndut dengan saya, pada dasarnya saya hanya menulis apa yang saya sukai. Karena prinsip saya, ketika menyukai suatu hal saya akan melakukan apapun yang saya sukai, termasuk menuliskannya dalam blog ini. Okey cukup kiranya untuk membuka paragraf ini.
Sudah pagi, alarm Handphone sudah mulai memecah keheningan ruangan. Tapi itu dimulai sekitar 20 menit yang lalu setelah semalam sudah diatur untuk dibangunkan jam 5 pagi. Mungkin saking terlelapnya karena tidurnya sedikit agak telat.
Dikamar sempit berukuran 2 x 2,5 meter aku mencoba untuk bangun melawan rasa kantuk. Kumatikan perlahan alarm yang mulai memekakkan telinga disudut kamar. Berdiri dan berjalan 3 langkah dari kasur. Ah kurasa tidak mungkin hanya 2 langkah lebih sedikit, lalu kunyalakan lampu di samping jendela kaca hitam berlapis yang tersusun rapi.
Rutinitas pagi ini dimulai dengan sholat subuh. Selepas sholat kurapikan kembali draft skripsiku yang mulai terlihat hasil akhirnya. Ini adalah tahun keempat aku tinggal di semarang. Sebisa mungkin aku harus selesai kuliah tahun ini. Keinginan ini tentunya sudah semakin menjadi-jadi. Melihat teman-teman dikampus yang sudah menggunakan pakaian wisuda adalah impian mahasiswa semester akhir umumnya.
Sembari memanaskan air didispenser untuk membuat teh hangat, tempat tidur berseprei biru dengan motif Tom and Jerry kurapikan. Lampu disepenser yang sebelumnya berwarna merah berubah hijau, aku mengambil gelas yang di atas rak kecil berwarna hijau persis dibawah seklar lampu. Tak lama segelas teh sudah kusuruput perlahan sambil ditiup karena panasnya teh pagi itu. Matahari belum juga menampakkan warna keemasannya padahal biasanya warna itu sudah menembus sela jendela. Titik air yang jatuh sedikit demi sedikit dari langit sepertinya isyarat akannya hujan pagi ini. Sungguh suasana yang romantis dengan kehangatan minum teh panas saat itu. Aku mengambil handphone untuk menghilangkan kejenuhan pagi itu, kuambil 1 bantal dari kasur lalu merebahkan badan ke tikar samping kasur.
Suara dering handphone pagi itu cukup membuatku sedikit kaget, dengan setengah sadar aku mengangkat panggilan itu.
"Yan yan, jangan lupa 1 jam lagi kita ke SEU yan, aku tunggui di kosan asep ya"
Belum sempat aku jawab dua nada berturut-turut mengindikasikan handphonenya sudah putus.
Suara perempuan itu lebih dari cukup untuk membuat panik bergegas mandi. Puji namanya, manusia super mini di kelasnya untuk spesies perempuan. Hampir saja hari itu aku kebablasan, hari jumat kemarin kalau tidak salah puji serta pacarnya asep mengajak aku untuk tes TOEFL persiapan berkas untuk ujian skripsi. Dengan jurus kilat ala mandi cowok dengan memakai celana jeans hitam kebiruan serta kemeja kotak-kotak kecil hitam putih ditambah tas punggung hitam polos aku siap menuju kosan asep. Supra-X 125 berwarna merah kombinasi hitam melaju menembus panas, debu, polusinya kota semarang.
"Puji, Asep... Jalan yukkk"
"Tunggu bentar engg".
Entah darimana sebutan Eng itu berasal, yang jelas itu adalah salah satu nama akrabku di kampus dari sekian banyak nama lainnya. Awalnya sempet nggak nerima but after the time aku terima terima aja kali ya.
"Yuk, engg"
Sekali lagi suara nyaring dengan nada oktaf tinggi kembali mengajak melanjutkan perjalanan. Setelah melewati macet dan panasnya kota semarang dengan matahari jam 10 pagi tiba juga kami bertiga di SEU. Kendaraan Asep perlahan memasuki terlebih dulu ruang parkiran SEU, sementara aku menyusulnya dari belakang, Dengan hati-hati kami memarkirkan kendararaan kami. Lahan parkirannya tidak terlalu luas, mungkin hanya untuk beberapa mobil, dan kami menggunakan motor jadi kami rasa ini tidak terlalu jadi masalah bagi kami untuk memarkirkan kendaraan disini.
Misi pak, tempat buat daftar TOEFL di ruang sebelah mana ya pak, suara berat seperti orang berumur itu mendahului aku dan puji untuk menanyakan hal yang sama. Setelah Asep berbincang dengan bapak petugas kami berjalan ke arah ruangan yang ditunjukkan Asep.
Sebuah papan pengumuman di pintu ruangan yang kami tuju tertulis Jam 10.00-11.45 dan 13.00-15.00 dibuka dan artinya sekarang hampir 30 menit didepan ruangan belum ada tanda-tanda petugas di ruangan itu. Lalu lalang mahasiswa yang datang ingin mendaftar juga semakin ramai. Dari salah satu sudut aku saksikan beberapa suara obrolan, begitu pun dengan Puji menyapa teman lamanya, bercanda layaknya orang yang sudah lama tak bertemu. Sementara Asep hanya membuntuti Puji dari belakang. 10 menit berselang seorang pria berbadan besar tegap berkulit sedikit hitam, membuka pintu ruangan. Nampak pendaftar sudah mulai berkerumunan depan loket pendaftaran. Kami bertiga hanya menunggu suasana agak sedikit lengang untuk mendaftar.Setelah berdiskusi dengan petugas kami memilih jadwal tes kamis pukul 10 pagi. Setidaknya masih ada 3 hari 2 malam untuk persiapan menjelang tes TOEFL.
Waktu sudah mulai siang, panasnya cuaca kota semarang semakin menjadi. Terlihat widget di handphone ku menunjuk angka 35 untuk suhu saat ini. Perut juga belum terisi dari pagi, hanya secangkir teh pengganjal perut pagi ini. Kebetulan sekali Asep dan Puji juga belum sarapan, mereka mengajakku ke suatu tempat, yang katanya enak dengan harga sangat murah. Seperti biasa, aku mengikuti motor Asep dari belakang.
"Ini eng tempatnya"
Kata mereka kompak setiba ditempat makan. Tempatnya tidak begitu jauh dari SEU, depan bank Mandiri samping kiri dari Bank BCA. Aku lupa nama jalannya yang jelas itu di belakang salah satu mal terbesar di Semarang, Mal Paragon. Hanya lahan kosong yang akan dipersiapkan untuk membuat bangunan besar disitu. Namun, lahan kosong ini justru dikerumuni orang banyak. Tiap orang membawa dua piring, yang satu berisi nasi dan satunya lagi berisi sup kakap. Itulah racikan masakan menu andalan di warung Bu Ndut ini. Silih berganti orang mengantri menunggu giliran dibagikannya sup kakap, dan begitupun juga kami menjadi bagian di dalamnya. Di sebelah timur meja panjang sebanyak 5 buah sudah menunggu kami, tapi hampir semua meja dipenuhi orang. Sepertinya salah 1 rombongan akan berdiri meninggalkan meja makannya. Dengan sigap aku, Asep, beserta Puji menempati meja kosong tersebut, sembari menggeser sisa piring pengunjung barusan. Sekejap setelah semua dirasa sudah cukup bersih setelah di bantu pelayan warung makan itu, kami memesan es teh untuk penghilang dahaga siang panas itu.
Aroma ikannya cukup menyengat, selalu menggoda siapa saja pecinta sup ikan, Warnanya kuning khas tambahan kunyit menggugah selera untuk dimakan. Rasa penasaran dilidah semakin menjadi-jadi. Dan akhirnya aku menyerah. Aku tak sanggup lagi mengendalikan hasratku. Aku ayunkan tangan kanan ku ke atas meja untuk menggenggam sendok dari piring yang ada.
Srrrluppppp...... ahhhhhhh
Hanya bisa terpejam, rasanya sungguh tak bisa terbayang, sesendok kuah sup ikan, mengalir di tenggorokanku.
"Enak banget sep", gurauku.
Satu sendok sup kuah tadi sudah cukup kataku.
Sudah cukup untuk mendefinisikan bahwa ini adalah salah satu masakan yang aku cari
Sudah cukup memberi kesan kalau aku akan datang lagi ke tempat itu.
Sudah cukup memberi penyesalan padaku. Ia penyesalan kemana saja aku setelah 3 tahun lebih menghabiskan waktu di Kota Lumpia ini.
Srrrrlupppppp, sekali lagi aku merasakan rasa kuah yang begitu gurih dengan beberapa potongan ikan kakap. Kucampurkan kuah yang ada ke nasi kira-kira untuk satu sendok makan, dan begitu seterusnya. 1 piring nasi pertama sudah habis. Rasanya perut ini belum menunjukkan sinyal kenyang, melalui pelayan yang ada aku memesan 1 porsi nasi lagi. Yah menurutku untuk makan disini 1 kuah sup kakap dan 2 porsi nasi sudah sangat cukup untuk sekali makan disini.Kulihat Asep juga sama sepertiku dengan 2 porsi nasi, sedangkan Puji cukup dengan 1 porsi yang ada. Sebelum beberapa suap nasi habis pelayan membawa es teh yang sudah dipesan. Kenyang itu yang aku rasakan, kepuasan untuk perut dan cita rasa yang mengagumkan sangat aku sukai di warung ini.
Terasa penuh perut ini, butuh beberapa waktu untuk rehat sejenak sebelum balik ke kosan masing-masing. Tapi ceirta ini belum lah usai, masih satu kejutan yang tentunya sangat menarik untuk aku. Di akhir sebelum balik, kami langsung ke kasir jumlah yang harus aku bayar hanya 12 ribu rupiah, sedangkan Puji dan asep hanya membayar 20 ribu mereka sudah bisa kenyang berdua. Spesial buat aku sih harga segitu untuk porsi yang cukup membuat perut nggak berdaya lagi, jika dibandingkan tempat lain bisa menghabiskan 20-40 ribu.
Sepanjang jalan pulang, cuma bilang makasih makasih dan seribu makasih kepada mereka berdua yang telah memberikan perkenalan singkat antara aku dan Warung Bu Ndut dengan menu andalannya Sup Kakap. Rasanya bahagia sekali hari itu, hari yang berkesan, dan sejak saat itu setiap ke Semarang Bawah selalu mampir ke Warung Bu ndut.
Dan sekali lagi terimakasih buat Asep dan Puji, Semoga kalian langgeng. :)
Kata mereka kompak setiba ditempat makan. Tempatnya tidak begitu jauh dari SEU, depan bank Mandiri samping kiri dari Bank BCA. Aku lupa nama jalannya yang jelas itu di belakang salah satu mal terbesar di Semarang, Mal Paragon. Hanya lahan kosong yang akan dipersiapkan untuk membuat bangunan besar disitu. Namun, lahan kosong ini justru dikerumuni orang banyak. Tiap orang membawa dua piring, yang satu berisi nasi dan satunya lagi berisi sup kakap. Itulah racikan masakan menu andalan di warung Bu Ndut ini. Silih berganti orang mengantri menunggu giliran dibagikannya sup kakap, dan begitupun juga kami menjadi bagian di dalamnya. Di sebelah timur meja panjang sebanyak 5 buah sudah menunggu kami, tapi hampir semua meja dipenuhi orang. Sepertinya salah 1 rombongan akan berdiri meninggalkan meja makannya. Dengan sigap aku, Asep, beserta Puji menempati meja kosong tersebut, sembari menggeser sisa piring pengunjung barusan. Sekejap setelah semua dirasa sudah cukup bersih setelah di bantu pelayan warung makan itu, kami memesan es teh untuk penghilang dahaga siang panas itu.
Aroma ikannya cukup menyengat, selalu menggoda siapa saja pecinta sup ikan, Warnanya kuning khas tambahan kunyit menggugah selera untuk dimakan. Rasa penasaran dilidah semakin menjadi-jadi. Dan akhirnya aku menyerah. Aku tak sanggup lagi mengendalikan hasratku. Aku ayunkan tangan kanan ku ke atas meja untuk menggenggam sendok dari piring yang ada.
Srrrluppppp...... ahhhhhhh
Hanya bisa terpejam, rasanya sungguh tak bisa terbayang, sesendok kuah sup ikan, mengalir di tenggorokanku.
"Enak banget sep", gurauku.
Satu sendok sup kuah tadi sudah cukup kataku.
Sudah cukup untuk mendefinisikan bahwa ini adalah salah satu masakan yang aku cari
Sudah cukup memberi kesan kalau aku akan datang lagi ke tempat itu.
Sudah cukup memberi penyesalan padaku. Ia penyesalan kemana saja aku setelah 3 tahun lebih menghabiskan waktu di Kota Lumpia ini.
Srrrrlupppppp, sekali lagi aku merasakan rasa kuah yang begitu gurih dengan beberapa potongan ikan kakap. Kucampurkan kuah yang ada ke nasi kira-kira untuk satu sendok makan, dan begitu seterusnya. 1 piring nasi pertama sudah habis. Rasanya perut ini belum menunjukkan sinyal kenyang, melalui pelayan yang ada aku memesan 1 porsi nasi lagi. Yah menurutku untuk makan disini 1 kuah sup kakap dan 2 porsi nasi sudah sangat cukup untuk sekali makan disini.Kulihat Asep juga sama sepertiku dengan 2 porsi nasi, sedangkan Puji cukup dengan 1 porsi yang ada. Sebelum beberapa suap nasi habis pelayan membawa es teh yang sudah dipesan. Kenyang itu yang aku rasakan, kepuasan untuk perut dan cita rasa yang mengagumkan sangat aku sukai di warung ini.
Terasa penuh perut ini, butuh beberapa waktu untuk rehat sejenak sebelum balik ke kosan masing-masing. Tapi ceirta ini belum lah usai, masih satu kejutan yang tentunya sangat menarik untuk aku. Di akhir sebelum balik, kami langsung ke kasir jumlah yang harus aku bayar hanya 12 ribu rupiah, sedangkan Puji dan asep hanya membayar 20 ribu mereka sudah bisa kenyang berdua. Spesial buat aku sih harga segitu untuk porsi yang cukup membuat perut nggak berdaya lagi, jika dibandingkan tempat lain bisa menghabiskan 20-40 ribu.
Sepanjang jalan pulang, cuma bilang makasih makasih dan seribu makasih kepada mereka berdua yang telah memberikan perkenalan singkat antara aku dan Warung Bu Ndut dengan menu andalannya Sup Kakap. Rasanya bahagia sekali hari itu, hari yang berkesan, dan sejak saat itu setiap ke Semarang Bawah selalu mampir ke Warung Bu ndut.
Dan sekali lagi terimakasih buat Asep dan Puji, Semoga kalian langgeng. :)
1 komentar:
Click here for komentarmantap
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon